Rabu, 29 April 2015

BAHAS KONTRASEPSI DARURAT, YUK!

Semestinya setiap kehamilan merupakan kehamilan yang direncanakan. Namun bagaimana jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang direncanakan? Sejalan dengan strategi making pregnancy saver (MPS) harus dilakukan upaya pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Semua kehamilan yang tidak direncanakan bisa dicegah seandainya pasangan menggunakan kontrasepsi darurat (kondar).

Apa itu kontrasepsi darurat? Apakah kontrasepsi darurat ini merupakan obat yang digunakan untuk menggugurkan kandungan? Kontrasepsi darurat (kondar) merupakan metode kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah hubungan seksual. Metode ini sering disebut ”Kontrasepsi Pascasenggama” atau “Morning After Pills”. Pada awalnya istilah "Kontrasepsi sekunder atau Kontrasepsi darurat" adalah untuk menepis anggapan bahwa obat tersebut harus segera dipakai atau digunakan setelah melakukan hubungan seksual atau harus menunggu hingga keesokan harinya, dan bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga pasangan tersebut tidak dapat berbuat apa apa lagi.
Sebutan kontrasepsi darurat  untuk menekankan bahwa jenis kontrasepsi ini digunakan pada keadaan dan masa yang tidak boleh ditunda, juga mengisyaratkan  bahwa cara KB ini lebih baik daripada tidak memakai metode KB sama sekali. Tetapi sebenarnya cara ini tetap kurang efektif dibandingkan dengan cara KB lain yang sudah ada.
Tingginya angka aborsi membuat Ahli Keluarga Berencana, Profesor Anna Glasier ingin menjernihkan kegunaan pil kontrasepsi darurat di kalangan perempuan. Seperti dikutip dalam British Medical Journal, kalangan perempuan di Inggris sepertinya salah mengerti akan kegunaan pil kontrasepsi darurat ini. Pil yang sudah diproduksi lima tahun lalu, dibuat untuk mencegah kehamilan dan bukan untuk aborsiProf. Glasier menjelaskan, masyarakat selama ini salah dalam cara mengonsumsi pil tersebut. Pil yang hanya efektif selama 72 jam ini seharusnya dikonsumsi sebelum dan selama melakukan hubungan intim dengan maksud mencegah terjadinya pembuahan setelah hubungan intim.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terlihat para perempuan justru tidak menggunakan pil kontrasepsi pada waktu yang tepat karena mereka sering bingung menentukan waktu yang tepat mengonsumsi pil tersebut. "Jika kita ingin menurunkan angka aborsi, jawabannya bukan pada pil kontrasepsi darurat tetapi bagaimana mendorong para perempuan untuk mengonsumsi pil sebelum dan selama berhubungan intim dan bukan setelahnya," ujar Prof. Anna Glasier.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh mantan pengurus Asosiasi Keluarga Berencana, Toni Belfield. "Pil kontrasepsi darurat ini tidak sama dengan pil kontrasepsi biasanya. Pil ini juga bukan pengganti dari pil kontrasepsi yang seharusnya. Dan sejak awal memang tidak pernah menjadi obat mujarab untuk aborsi," ujarnya menegaskan. Juru bicara Departemen Kesehatan juga mengatakan ada salah pengertian dalam masyarakat mengenai kegunaan pil kontrasepsi darurat ini.

Pemerintah Inggris tidak pernah mengatakan bahwa pil ini adalah jawaban untuk menghentikan meningkatnya angka aborsi di Inggris. "Kebijakan kami selalu mengutamakan seks yang aman dengan menggunakan alat kontrasepsi yang bisa diandalkan agar dapat melindungi perempuan dari kehamilan yang tidak diinginkan," ungkap juru bicara tersebut.
Di seluruh dunia, per tahunnya sekitar 75 juta perempuan mengalami kehamilan yang tak diinginkan (KTD). Sekitar setengahnya kemudian akan berakhir dengan aborsi yang kebanyakan adalah aborsi tidak aman. Diperkirakan, setengah dari jumlah KTD yang terjadi setiap tahun dapat dicegah dengan penyebarluasan akses kepada dan pemakaian kontrasepsi darurat. Dengan demikian kontrasepsi darurat akan membantu mencegah kebutuhan untuk aborsi, walaupun kontrasepsi darurat sendiri bukan suatu cara untuk aborsi. Kontrasepsi darurat merupakan pelindung yang penting jika kontrasepsi pil rutin gagal; jika kondom robek, terselip atau lepas atau IUD terlepas; jika sebuah metode kontrasepsi dipakai dengan cara yang salah; atau pada hubungan seksual yang tidak direncanakan.
Di seluruh dunia, salah satu dari penggunaan penting kontrasepsi darurat adalah pada kasus-kasus kekerasan seksual. Kita masih akan terus berhadapan dengan masalah kependudukan. Penerapan cara-cara kontrasepsi untuk mengatasinya, masih terus dikembangkan. Dan salah satunya yang perlu mendapat perhatian adalah peran Kontrasepsi Darurat (KONDAR).

WHO memperkirakan bahwa setiap tahun 200.000 wanita meninggal akibat terminasi kehamilan yang tidak diinginkan akibat suatu praktek  aborsi yang tidak aman "Unsafe abortion". Banyak dari mereka yang dapat diselamatkan apabila kondar lebih banyak diketahui dan disediakan untuk masyarakat. Metode KB pasca senggama yang digunakan sekarang ini, yang dinamakan Metode Yuzpe menggunakan teknologi yang telah dilakukan sejak 30 tahun lalu, sayangnya sangat sedikit pelayanan KB yang menerapkannya untuk keselamatan jiwa (Live saving) bagi wanita. Apabila program-program KB cukup serius dalam mencegah daripada mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan, mereka harus menerapkan metode kondar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar