Emboli air ketuban adalah kejadian dimana cairan amnion, sel fetal, ataupun debris dari fetus masuk kedalam sirkulasi darah ibu/ pasien melalui plasenta yang mengakibatkan kegagalan Kardirespiratori dan koagulopati. kejadian ini merupakan keadaan darurat obstetrik.
Kejadian ini sangat langka, diperkirakan antara 1 dari 8.000 sampai dengan 1 dari 80.000 persalinan. Kurang lebih, 19% saat operasi sectio caesarea, dan 11% persalinan normal. Selain persalinan, kejadian emboli air ketuban dapat pula terjadi pada awal kehamilan, keguguran trimester kedua, saat amniosintesis, dan pada kejadian trauma abdominal. Angka kematian (Mortalitas) di USA diperkirakan sebesar 60-80%.
Patofisiologis pasti masih belum jelas. Air ketuban dan sel fetus dapat masuk melalui vena - vena uterus (rahim) saat pecahnya air ketuban, pecahnya pembuluh darah uterus atau serviks, melalui perbedaan tekanan dari uterus dan vena uterus.
Setelah sel fetus masuk kedalam sirkulasi ibu, terjadi kegagalan jantung dan penurunan perfusi ke jantung dan paru. Apabila pasien dapat bertahan, maka pasien dapat masuk ke dalam fase kedua, yakni fase perdarahan karena gangguan koagulopati. Gangguan koagulopati disebabkan cairan ketuban mengandung faktor koagulasi II, VII dan X, yang dapat menyebabkan agregasi platelet, melepaskan faktor III, dan mempunyai efek tromboplastin.
Pada tahun 1995, Clark mengusulkan kemungkinan emboli air ketuban disebabkan fetal antigen pada air ketuban yang menstimulasi sebuah jalur mediator imun endogen, yang menghasilkan reaksi tubuh menyerupai anafilaksis, yakni vasospasme dari arteri pulmonal, yang menyebabkan hypertensi pulmonal. Peningkatan tekanan ventrikel kanan jantung yang kemudian terjadi, menyebabkan kerusakan kapilermiokardium dan menyebabkan hipoksemia dan hypotensi.
Tanda dan gejala berupa maternal collapse, dengan gagal nafas, sianosis, hypotensi, disaritmia, kejang, atonia uteri, DIC, dan gawat janin. Gejala non spesifik lainnya dapat berupa rasa cemas, menggigil, nyeri kepala dan nyeri dada.
Tidak ada faktor resiko tertentu yang terbukti menjadi penyebab langsung emboli air ketuban. Namun kejadian emboli air ketuban lebih tinggi pada usia kehamilan yang lebih tinggi, Multipara, air ketuban dengan meconium, IUFD, Polihydramnion, Korioamnionitis, Rupture Uteri Placenta Acreta.
Sampai saat ini tidak ada marker pathognomic dari emboli air ketuban. Cara mendiagnosis merupakan kriteria eksklusi. Tes non spesifik.
Terapi hanya bersifat suportif, yakni dengan resusitasi dan persalinan segera. Sampai saat ini kasus emboli air ketuban belum ada pencegahannya. Pengobatan sangat tergantung dimana emboli itu sendiri bersarang. Bila emboli kena dipembuluh darah kecil, maka efeknya ringan, namun bila emboli terjadi di pembuluh darah organ vital, maka efeknya pun akan Fatal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar