Tampilkan postingan dengan label Info Penting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Info Penting. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 29 Oktober 2016

Tips Memilih Pompa ASI


Semakin mudahnya akses informasi yang didapat, kini makin banyak Bunda yang paham betapa banyaknya manfaat yang didapat memberikan ASI, baik bagi Bayi maupun bagi Bunda sendiri. Agar si buah hati tetap mendapatkan asupan ASI, Bunda perlu memompa ASI untuk menjaga pasokan ASI untuk bayi. Banyak juga wanita yang memerah ASI-nya untuk mengurangi pembengkakan, mencegah rembes, dan menyimpan persediaan untuk digunakan di kemudian hari. Memerah ASI dapat menggunakan tangan langsung atau menggunakan bantuan alat seperti pompa ASI yang kini banyak pilihannya di pasaran. Bagi Bunda yang merasa kesulitan memerah ASI dengan tangan, Bunda dapat menggunakan pompa ASI manual ataupun elektrik (listrik). Berikut tips yang dapat Bunda gunakan untuk memilih pompa ASI.

1.    SESUAIKAN DENGAN KEBUTUHAN
Bunda dapat memilih pompa sesuai kebutuhan dan kemampuan. Tersedia pompa manual, listrik (elektrik), pompa dengan baterai atau ada juga yang gabungan antara baterai dengan listrik. Jika Bunda memiliki banyak waktu untuk memerah, Bunda bisa memilih pompa ASI yang manual. Jika Bunda tidak memiliki banyak waktu, pompa elektrik bisa jadi pilihan. Namun harga pompa elektrik biasanya cenderung lebih mahal dari harga pompa manual.

2.    SEGI KEAMANAN
Umumnya pompa ASI terbuat dari bahan plastic, sehingga pastikan Bunda memilih jenis plastik yang aman seperti plastik High Density Polyehylene (HDPE) atau plastic yang bebas Bisphenol A (BPA Free).

3.    BENTUK POMPA
Bunda dapat memilihi jenis pompa dengan tipe piston. Hindari memilih tipe squeeze bulb atau lebih dikenal dengan istilah tipe corong seperti terompet yang akan menyulitkan Bunda dalam memberi tekanan untuk mengeluarkan ASI.


4.    MUDAH DIBERSIHKAN
Penggunaan pompa akan berlangsung dalam jangka lama, minimal sampai bayi berusia enam bulan, sehingga penting untuk Bunda merawatnya. Bersihkan bagian dari pompa tersebut dengan teliti. Hindari menggunakan pompa yang menggunakan pengisap karet, karena Bunda akan kesulitan membersihkannya.

5.    DAYA ISAP
Kekuatan daya isap bermanfaat untuk memudahkan Bunda memerah ASI. Pompa dengan daya isap rendah biasanya dikenal dengan pompa manual. Jika Bunda menggunakan pompa elektrik, pilih yang daya isapnya bisa di atur.



Jika Bunda memiliki produksi ASI yang berlimpah, Bunda bisa mempertimbangkan untuk menggunakan pompa ASI yang Double Pump. Pompa ASI ini biasa digunakan oleh Bunda-Bunda yang memiliki anak kembar untuk mempercepat memompa ASI. Bunda tak perlu khawatir produksi ASI berkurang karena sering memompa, karena ASI diproduksi sesuai kebutuhan. Semakin sering payudara dikosongkan, maka produksi ASI pun akan semakin banyak.

Ibu Dengan Hepatitis B Bolehkah Menyusui?

Bagaimana peran ASI dalam penularan Hepatitis B? Seringkali kita jumpai pertanyaan “Bolehkah Ibu dengan Hepatitis B memberikan ASI pada bayinya?”. Sebelum kita membahas lebih jauh, kita pelajari Hepatitis B dulu yuuk. Penting untuk di ketahui  bagaimana epidemiologi hepatitis B, kemungkinan-kemungkinan yang terjadi apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B, bagaimana cara penularan dan upaya pencegahannya.

EPIDEMIOLOGI
Hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan dapat berkembang menjadi akut dan kronis.. Contoh dari virus heptotropik adalah virus hepatitis A, B, C, D dan E, yang kemudian penyakitnya disebut sesuai virus penyebabnya. Sebagai contoh, hepatitis yang disebabkan oleh virus Hepatitis B dikenal sebagai Hepatitis B. Sampai saat ini, diantara virus hepatitis tersebut yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah Hepatitis A dan Hepatitis B.

GEJALA KLINIS
Kebanyak orang tidak mengalami gejala apapun selama fase infeksi akut. Namun beberapa orang memiliki penyakit akut dengan gejala yang berlangsung beberapa minggu, termasuk menguningnya kulit dan mata (jaundice), urin pekat, kelelahan ekstrim, mual, muntah dan sakit perut. Virus Hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh setidaknya selama 7 hari. Selama itulah virus masih dapat menyebabkan infeksi jika memasuki tubuh orang yang tidak dilindungi oleh vaksin. Masa inkubasi dari virus Hepatitis B adalah 75 hari rata-rata, tetapi dapat bervariasi dari 30 sampai 180 hari. Virus dapat dideteksi dalam waktu 30 sampai 60 hari setelah infeksi dan dapat bertahan serta berkembang menjadi Hepatitis B kronis.

TRANSMISI
Hepatitis B disebarkan oleh paparan perkutan atau mukosa dengan darah yang terinfeksi dan berbagai cairan tubuh, serta melalui cairan vagina, cairan mani dan air liur. Penularan virus juga dapat terjadi melalui penggunaan kembali jarum suntik baik di fasilitas pelayanan kesehatan atau diantara orang-orang yang menyuntikkan narkoba. Selain itu, infeksi dapat terjadi selama prosedur medis, bedah dan gigi, atau melalui penggunaan pisau cukur dan benda-benda sejenis yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi.

ASI DAN HEPATITIS B
Didapatkannya virus Hepatitis B dalam jumlah kecil pada ASI menimbulkan pertanyaan tentang peran ASI tersebut dalam penularan Hepatitis B. Untuk diketahui bahwa saat ini segala sesuatu keputusan terutama di bidang kedokteran didasarkan pada bukti ilmiah yang didapat dari penelitian-penelitian yang ada, bukan dari teori saja. Banyak penelitian tentang ASI dihubungkan dengan kejadian hepatitis B telah banyak dilakukan di dunia dan membuktikan bahwa ASI tidak meningkatkan resiko penularan Hepatitis B. Berikut adalah penelitian yang dilakukan di Taiwan yang mengikut sertakan 147 bayi baru lahir dari Ibu pembawa virus Hepatitis B yang kemudian terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah bayi-bayi yang mendapatkan ASI dan kelompok kedua adalah bayi-bayi yang diberikan susu formula. Hasilnya adalah bahwa ASI tidak terbukti meningkatkan resiko penularan hepatitis B, terbukti dari tidak adanya perbedaan kejadian hepatitis B pada 2 kelompok. Dengan demikian tidak alasan untuk tidak memberikan ASI bagi Bunda yang menderita hepatitis B.

PENCEGAHAN
Vaksin Hepatitis B merupakan andalan pencegahan hepatitis B. WHO merekomendasikan bahwa semua bayi menerima vaksin hepatitis B sesegera mungkin setelah lahir, sebaiknya dalam waktu 24 jam. Dosis kelahiran harus diikuti oleh 2 atau 3 dosis untuk melengkapi seri utama. Dapat diberikan pula Imunoglobulin (antibody) selain vaksin bagi yang mampu. Vaksin Hepatitis B telah tersedia sejak tahun 1982. Vaksin ini 95% efektif dalam mencegah infeksi dan perkembangan kanker penyakit hati kronis dan Hepatitis B.
Jadi, Bunda penderita hepatitis B tetap bisa memberikan ASI kepada bayinya dengan ketentuan mengikuti program Nasional yaitu memberikan vaksinasi hepatitis B kepada bayinya segera setelah lahir sebelum berusia 24 jam. Pencegahan terjadinya lecet atau luka pada putting sangat dianjurkan pada awal kehidupan bayi sehingga penularan dapat dicegah. Bimbingan menyusui khususnya posisi menyusui yang baik dan pelekatan mulut bayi yang benar dapat mencegahnya lecet atau luka pada putting.


Sumber:
-       WHO
-       CDC

-       Buku Indonesia Menyusui

Cara Memerah ASI Dengan Tangan


Setelah Bunda merasa sudah mulai lancar menyusui, timbul keinginan untuk memerah ASI agar Bunda memiliki ASI cadangan yang dapat digunakan saat Bunda mulai beraktifitas di luar rumah. Kapan sebaiknya mulai memerah ASI? Bila Bunda tidak mengalami payudara membengkak yang disebabkan oleh bendungan ASI, memerah atau menabung ASI sebaiknya dilakukan bila kenaikan berat badan bayi sudah benar-benar stabil. Berat badannya meningkat sekitar 600-1.000 gram dalam waktu 1 bulan.

Saat itu perlu ada monitoring kenaikan berat badan bayi melalui grafik berat badan (KMS) yang perlu dipantau juga oleh orangtua. Berat badan bayi biasanya stabil kenaikannya saat berusia 4-6 minggu. Produksi ASI juga biasanya mulai stabil setelah bayi berusia 4-6 minggu. Sejak itulah Bunda bias mulai dapat memerah ASI secara rutin dan menyimpannya di kulkas.

Banyak metode yang bisa dilakukan dalam memerah ASI. Bias menggunakan pompa listrik, pompa manual dan dengan menggunakan tangan kita sendiri. Memerah dengan menggunakan pompa tentu telah ada panduannya di buku petunjuk produk, namun bagaimana jika ingin memerah dengan menggunakan tangan agar higienis dan efektif?
  • Cucilah tangan terlebih dahulu dengan sabun antiseptik dan dibawah air yang mengalir.
  • Setelah semua siap, mulailah memerah ASI, dimulai dengan merangsang putting agar refleks hormon oksitosin dan prolaktin timbul.
  • Letakkan ibu jari sekitar 2-3 cm diatas putting dan jari telunjuk serta jari tengah sekitar 2-3 cm
    dibawah putting, sehingga membentuk huruf C. Tekan seluruh jari sisanya ke arah dinding dada.
  • Tekan areola dengan gerakan memutar dari belakang putting, antara ibu jari dan jari lain ke arah putting lalu lepaskan. Bila melakukannya dengan benar, tindakan ini tidak menimbulkan rasa sakit. Ulangi tindakan ini beberapa kali sampai ASI keluar. Yakinkan ASI tidak mengalir melalui jari telunjuk Bunda, sehingga terbuang.
  • Pindah posisi ibu jari dan jari lain pada sisi kanan dan kiri areola, lalu tekan dengan cara yang sama.
  • Agar semua ASI dapat dikosongkan, pindahkan jari ke posisi yang lain pada payudara yang
    sama, setelah 3 menit memerah pada 
    posisi yang sama. Misalnya, ibu jari pada posisi jarum jam 12, 11, 10, 9, 8 masing-masing tiga menit. Jadi total kira-kira 15 menit.

Cara memerah yang benar akan mampu mengosongkan payudara, yang berarti meningkatkan produksi ASI. Payudara yang kosong itu segera mengirim sinyal ke otak agar otak memerintahkan tubuh memproduksi ASI. Dengan begitu, produksi ASI akan lancer, bahkan meningkat. Jika produksi bagus dan pemerahan oke, Bunda pun akan terhindar dari masalah saluran ASI tersumbat, serta putting nyeri akibat tekanan di satu tempat terus menerus.