Semestinya setiap
kehamilan merupakan kehamilan yang direncanakan. Namun bagaimana jika kehamilan
tersebut merupakan kehamilan yang direncanakan? Sejalan dengan strategi making
pregnancy saver (MPS) harus dilakukan upaya pencegahan kehamilan yang tidak
direncanakan. Semua kehamilan yang tidak direncanakan bisa dicegah seandainya
pasangan menggunakan kontrasepsi darurat (kondar).
Apa
itu kontrasepsi darurat? Apakah kontrasepsi darurat ini merupakan obat yang
digunakan untuk menggugurkan kandungan? Kontrasepsi darurat (kondar) merupakan
metode kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah
hubungan seksual. Metode ini sering disebut ”Kontrasepsi Pascasenggama” atau
“Morning After Pills”. Pada awalnya istilah "Kontrasepsi sekunder atau
Kontrasepsi darurat" adalah untuk menepis anggapan bahwa obat tersebut
harus segera dipakai atau digunakan setelah melakukan hubungan seksual atau
harus menunggu hingga keesokan harinya, dan bila tidak, berarti sudah terlambat
sehingga pasangan tersebut tidak dapat berbuat apa apa lagi.
Sebutan
kontrasepsi darurat untuk menekankan bahwa jenis kontrasepsi ini
digunakan pada keadaan dan masa yang tidak boleh ditunda, juga
mengisyaratkan bahwa cara KB ini lebih baik daripada tidak memakai metode
KB sama sekali. Tetapi sebenarnya cara ini tetap kurang efektif dibandingkan dengan
cara KB lain yang sudah ada.
Tingginya
angka aborsi membuat Ahli Keluarga Berencana, Profesor Anna Glasier ingin
menjernihkan kegunaan pil kontrasepsi darurat di kalangan perempuan. Seperti
dikutip dalam British Medical Journal, kalangan perempuan di
Inggris sepertinya salah mengerti akan kegunaan pil kontrasepsi darurat ini.
Pil yang sudah diproduksi lima tahun lalu, dibuat untuk mencegah kehamilan dan bukan untuk aborsi. Prof.
Glasier menjelaskan, masyarakat selama ini salah dalam cara
mengonsumsi pil tersebut. Pil yang hanya efektif selama 72 jam ini seharusnya
dikonsumsi sebelum dan selama melakukan hubungan intim dengan maksud mencegah
terjadinya pembuahan setelah hubungan intim.
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, terlihat para perempuan justru tidak
menggunakan pil kontrasepsi pada waktu yang tepat karena mereka sering bingung
menentukan waktu yang tepat mengonsumsi pil tersebut. "Jika kita
ingin menurunkan angka aborsi, jawabannya bukan pada pil kontrasepsi
darurat tetapi bagaimana mendorong para perempuan untuk mengonsumsi pil sebelum
dan selama berhubungan intim dan bukan setelahnya," ujar Prof.
Anna Glasier.
Pendapat
yang sama juga dikemukakan oleh mantan pengurus Asosiasi Keluarga Berencana, Toni
Belfield. "Pil kontrasepsi darurat ini tidak sama dengan pil
kontrasepsi biasanya. Pil ini juga bukan pengganti dari pil kontrasepsi yang
seharusnya. Dan sejak awal memang tidak pernah menjadi obat mujarab untuk
aborsi," ujarnya menegaskan. Juru bicara Departemen Kesehatan juga
mengatakan ada salah pengertian dalam masyarakat mengenai kegunaan pil
kontrasepsi darurat ini.
Pemerintah
Inggris tidak pernah mengatakan bahwa pil ini adalah jawaban untuk menghentikan
meningkatnya angka aborsi di Inggris. "Kebijakan kami selalu
mengutamakan seks yang aman dengan menggunakan alat kontrasepsi yang bisa
diandalkan agar dapat melindungi perempuan dari kehamilan yang tidak
diinginkan," ungkap juru bicara tersebut.
Di
seluruh dunia, per tahunnya sekitar 75 juta perempuan mengalami kehamilan yang
tak diinginkan (KTD). Sekitar setengahnya kemudian akan berakhir dengan aborsi
yang kebanyakan adalah aborsi tidak aman. Diperkirakan, setengah dari jumlah
KTD yang terjadi setiap tahun dapat dicegah dengan penyebarluasan akses kepada
dan pemakaian kontrasepsi darurat. Dengan demikian kontrasepsi darurat akan
membantu mencegah kebutuhan untuk aborsi, walaupun kontrasepsi darurat sendiri bukan suatu cara untuk aborsi.
Kontrasepsi darurat merupakan pelindung yang penting jika kontrasepsi pil rutin
gagal; jika kondom robek, terselip atau lepas atau IUD terlepas; jika sebuah
metode kontrasepsi dipakai dengan cara yang salah; atau pada hubungan seksual
yang tidak direncanakan.
Di
seluruh dunia, salah satu dari penggunaan penting kontrasepsi darurat adalah
pada kasus-kasus kekerasan seksual. Kita masih akan terus berhadapan
dengan masalah kependudukan. Penerapan cara-cara kontrasepsi untuk
mengatasinya, masih terus dikembangkan. Dan salah satunya yang perlu mendapat
perhatian adalah peran Kontrasepsi Darurat (KONDAR).
WHO
memperkirakan bahwa setiap tahun 200.000 wanita meninggal akibat terminasi
kehamilan yang tidak diinginkan akibat suatu praktek aborsi yang tidak
aman "Unsafe abortion". Banyak dari mereka yang dapat diselamatkan
apabila kondar lebih banyak diketahui dan disediakan untuk masyarakat. Metode
KB pasca senggama yang digunakan sekarang ini, yang dinamakan Metode Yuzpe
menggunakan teknologi yang telah dilakukan sejak 30 tahun lalu, sayangnya
sangat sedikit pelayanan KB yang menerapkannya untuk keselamatan jiwa (Live
saving) bagi wanita. Apabila program-program KB cukup serius dalam mencegah
daripada mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan, mereka harus menerapkan
metode kondar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar