Bagaimana peran ASI
dalam penularan Hepatitis B? Seringkali kita jumpai pertanyaan “Bolehkah Ibu
dengan Hepatitis B memberikan ASI pada bayinya?”. Sebelum kita membahas lebih
jauh, kita pelajari Hepatitis B dulu yuuk. Penting untuk di ketahui bagaimana epidemiologi hepatitis B,
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi apabila seseorang terinfeksi virus
hepatitis B, bagaimana cara penularan dan upaya pencegahannya.
EPIDEMIOLOGI
Hepatitis B
merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan dapat berkembang menjadi akut
dan kronis.. Contoh dari virus heptotropik adalah virus hepatitis A, B, C, D
dan E, yang kemudian penyakitnya disebut sesuai virus penyebabnya. Sebagai
contoh, hepatitis yang disebabkan oleh virus Hepatitis B dikenal sebagai
Hepatitis B. Sampai saat ini, diantara virus hepatitis tersebut yang dapat
dicegah dengan imunisasi adalah Hepatitis A dan Hepatitis B.
GEJALA KLINIS
Kebanyak orang tidak
mengalami gejala apapun selama fase infeksi akut. Namun beberapa orang memiliki
penyakit akut dengan gejala yang berlangsung beberapa minggu, termasuk
menguningnya kulit dan mata (jaundice), urin pekat, kelelahan ekstrim, mual,
muntah dan sakit perut. Virus Hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh
setidaknya selama 7 hari. Selama itulah virus masih dapat menyebabkan infeksi
jika memasuki tubuh orang yang tidak dilindungi oleh vaksin. Masa inkubasi dari
virus Hepatitis B adalah 75 hari rata-rata, tetapi dapat bervariasi dari 30
sampai 180 hari. Virus dapat dideteksi dalam waktu 30 sampai 60 hari setelah
infeksi dan dapat bertahan serta berkembang menjadi Hepatitis B kronis.
TRANSMISI
Hepatitis B
disebarkan oleh paparan perkutan atau mukosa dengan darah yang terinfeksi dan
berbagai cairan tubuh, serta melalui cairan vagina, cairan mani dan air liur.
Penularan virus juga dapat terjadi melalui penggunaan kembali jarum suntik baik
di fasilitas pelayanan kesehatan atau diantara orang-orang yang menyuntikkan
narkoba. Selain itu, infeksi dapat terjadi selama prosedur medis, bedah dan
gigi, atau melalui penggunaan pisau cukur dan benda-benda sejenis yang
terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi.
ASI DAN HEPATITIS B
Didapatkannya virus
Hepatitis B dalam jumlah kecil pada ASI menimbulkan pertanyaan tentang peran
ASI tersebut dalam penularan Hepatitis B. Untuk diketahui bahwa saat ini segala
sesuatu keputusan terutama di bidang kedokteran didasarkan pada bukti ilmiah
yang didapat dari penelitian-penelitian yang ada, bukan dari teori saja. Banyak
penelitian tentang ASI dihubungkan dengan kejadian hepatitis B telah banyak
dilakukan di dunia dan membuktikan bahwa ASI
tidak meningkatkan resiko penularan Hepatitis B. Berikut adalah penelitian
yang dilakukan di Taiwan yang mengikut sertakan 147 bayi baru lahir dari Ibu
pembawa virus Hepatitis B yang kemudian terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok
pertama adalah bayi-bayi yang mendapatkan ASI dan kelompok kedua adalah
bayi-bayi yang diberikan susu formula. Hasilnya adalah bahwa ASI tidak terbukti meningkatkan resiko
penularan hepatitis B, terbukti dari tidak adanya perbedaan kejadian
hepatitis B pada 2 kelompok. Dengan demikian tidak alasan untuk tidak memberikan
ASI bagi Bunda yang menderita hepatitis B.
PENCEGAHAN
Vaksin Hepatitis B
merupakan andalan pencegahan hepatitis B. WHO merekomendasikan bahwa semua bayi
menerima vaksin hepatitis B sesegera mungkin setelah lahir, sebaiknya dalam
waktu 24 jam. Dosis kelahiran harus diikuti oleh 2 atau 3 dosis untuk
melengkapi seri utama. Dapat diberikan pula Imunoglobulin (antibody) selain vaksin
bagi yang mampu. Vaksin Hepatitis B telah tersedia sejak tahun 1982. Vaksin ini 95% efektif dalam mencegah
infeksi dan perkembangan kanker penyakit hati kronis dan Hepatitis B.
Jadi, Bunda
penderita hepatitis B tetap bisa memberikan ASI kepada bayinya dengan ketentuan
mengikuti program Nasional yaitu memberikan vaksinasi hepatitis B kepada
bayinya segera setelah lahir sebelum berusia 24 jam. Pencegahan terjadinya
lecet atau luka pada putting sangat dianjurkan pada awal kehidupan bayi
sehingga penularan dapat dicegah. Bimbingan menyusui khususnya posisi menyusui
yang baik dan pelekatan mulut bayi yang benar dapat mencegahnya lecet atau luka
pada putting.
Sumber:
-
WHO
-
CDC
-
Buku Indonesia Menyusui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar